Saturday, May 17, 2008

KENAPA SUAMI ISTRI TIDAK BOLEH MEMPERMASALAHKAN SIAPA YANG PALING
CAPEK

- Suatu hari pasangan suami(S) istri(I) bertengkar
S: "Aduh..pulang kantor ini saya capek sekali nih ....!"
I: "Emangnya kamu aja yang capek ..! Aku di rumah juga capek...!"
Pada malam hari menjelang tidur sang suami mohon kepada Tuhan.
S: "Ya..Tuhan yg Maha Kuasa aku lelah/bosen nih...jadi suami kerja
dikantor..Aku mohon jadikanlah aku sbg istriku dan istriku ubahlah
jadi aku (laki-laki).

Tuhan: :)..tersenyum

Esoknya permohonan sang suami dikabulkan..dia berubah jadi istrinya.
Subuh dia bangun menyiapkan makanan utk suaminya(sang istri). Lalu
menyetrika baju utk suami dan anaknya, kemudian memandikan
anak-anak. Jam 6:30 memakaikan pakaian anaknya untuk sekolah.
Setelah suami dan anaknya berangkat, dia mencuci baju hari itu, lalu
menjemurnya, kemudian dia pergi kepasar utk belanja, tak terasa jam
sudah pukul 11 siang dia harus menjemput anaknya.

Jam 1 siang di beri makan anaknya dengan nasi bungkus yang dibeli.
Selesai makan dia mengangkat pakaian yang di jemurnya lalu di
menyetrika sampai jam 4 sore

Tak terasa..dia belum masak untuk suaminya. Jam 4 dia mulai masak
sambil nonton tv telenovela. Jam 5 dia mandikan anaknya. Jam 6 dia
mandi. Jam 7 dia nonton TV sambil menunggu sang suami.
Setelah suaminya pulang makan dan tidur lelap, istri(si suami)
berdoa:

S: "Ya ..Tuhan yg Maha Pengampun...ampunilah aku.."Aku tidak tau apa
yg aku minta..mohon kembalikan aku seperti sediakala
Tuhan: :) tersenyum saja.."Baiklah akan saya kabulkan..tapi.. "
S: "Tapi apa...?

Tuhan: "Tapi kamu harus nunggu 9 bulan lagi..karena tadi malem kamu
positif (hamil)"
S: "Oooh ooohh.....tobat..9 bulan lagi. @#@$zzz$@$%%%%..***&&"
@ 1999-2004 Poskota Online
Tukang Cukur
Jumat,9/3/2004 4:45:11 PM
- Seperti biasanya, seorang laki-laki, sebut saja Steve, datang ke
sebuah salon untuk memotong rambut dan jenggotnya. Ia pun memulai
pembicaraan yang hangat dengan tukang cukur yang melayaninya.
Berbagai macam
topik pun akhirnya jadi pilihan, hingga akhirnya Tuhan jadi subyek
pembicaraan.
"Hai Tuan, saya ini tidak percaya kalau Tuhan itu ada seperti yang
anda katakan tadi," ujar si tukang cukur.
Mendengar ungkapan itu, Steve terkejut dan bertanya,
"Mengapa anda berkata demikian?".
"Mudah saja, anda tinggal menengok ke luar jendela itu dan sadarlah
bahwa Tuhan itu memang tidak ada. Tolong jelaskan pada saya, jika
Tuhan itu ada, mengapa banyak orang yang sakit? mengapa banyak anak
yang terlantar?. Jika Tuhan itu ada, tentu tidak ada sakit dan
penderitaan. Tuhan apa yang mengijinkan semua itu terjadi..."
ungkapnya dengan nada yang tinggi.
Steve pun berpikir tentang apa yang baru saja dikatakan sang tukang
cukur. Namun, ia sama sekali tidak memberi respon agar argumen
tersebut tidak Lebih meluas lagi.
Ketika sang tukang cukur selesai melakukan pekerjaannya, Steve pun
Berjalan keluar dari salon. Baru beberapa langkah, ia berpapasan
dengan seorang laki-laki berambut panjang dan jenggotnya pun lebat.
Sepertinya ia sudah lama tidak pergi ke tukang cukur dan itu
membuatnya terlihat tidak rapi.
Steve kembali masuk ke dalam salon dan kemudian berkata pada sang
tukang cukur, "Tukang cukur itu tidak ada!"...
Sang tukang cukur pun terkejut dengan perkataan Steve tersebut.
"Bagaimana mungkin mereka tidak ada? Buktinya adalah saya. Saya ada
di sini dan saya adalah seorang tukang cukur," sanggahnya.
Steve kembali berkata tegas, "Tidak, mereka tidak ada. kalau mereka
ada, tidak mungkin ada orang yang berambut panjang dan berjenggot
lebat seperti contohnya pria di luar itu."
"Ah, anda bisa saja...Tukang cukur itu selalu ada di mana-mana. Yang
terjadi pada pria itu adalah bahwa dia tidak mau datang ke salon
saya untuk dicukur," jawabnya tenang sambil tersenyum. "Tepat!"
tegas Steve.
"Itulah poinnya. Tuhan itu ada. Yang terjadi pada umat manusia itu
adalah karena mereka tidak mau datang mencari dan menemui-Nya.
Itulah sebabnya mengapa tampak begitu banyak penderitaan di seluruh
dunia ini...."
Kalau anda menyukai kisah ini, kirimkan pada yang lain. Kalau anda
juga berpikir sama seperti sang tukang cukur, abaikan saja kisah
ini.


@ 1999-2004 Poskota Online